Jumat, 18 Desember 2015

Compang Pembe Manggarai Timur

Compang merupakan pusat dari semua ritual adat dan aktivitas budaya dari masyarakat Manggarai dalam sebuah kampung. Compang sering digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap arwah leluhur (empo) dan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Mori agu Ngaran)sebagai pencipta kehidupan dan alam semesta (Ata Jari Agu Dedek). Compang Pembe berada di tengah Kampung Pembe di Kecamatan Sambi Rampas.


Compang Pembe merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas budaya masa lampau yang dipertahankan secara turun-temurun hingga saat ini. Compang Pembe pertamakali dibangun oleh seorang leluhur di kampung Pembe yang bernama Nanggar. Dalam proses pembangunannya, Nanggar dibantu oleh seorang saudaranya yang juga tinggal bersamanya di kampung Pembe. Selanjutnya setelah kampung Pembe dijadikan pusat kedaluan (hamente) Congkar, pembangunan compang ini dilanjutkan dengan dukungan para Gelarang (Kepala wilayah untuk beberapa kampung) yang pada waktu itu masuk dalam wilayah kekuasaan Kedaluan Congkar. Compang ini diperkirakan dibangun pada tahun 1300 dan saat ini usianya telah mencapai 700 tahun.

Compang Pembe memiliki keunikan tersendiri dibanding Compang lainnya di wilayah ini. Selain usianya yang relatif sangat tua, Compang Pembe dibangun dari batu-batu alam yang sangat besar dan tersusun rapih, sehingga terbentuklah sebuah Compang yang berukuran bulat dengan diameter 35M dan tinggi 5M lebih tinggi dari pelataran rumah-rumah penduduk yang mengitarinya. Di atas Compang ini ditanami sebuah pohon beringin yang saat ini masih tumbuh subur dan sangat besar karena usianya telah mencapai 700 tahun.


Bagi warga Compang Pembe dan masyarakat Congkar pada umumnya, Compang ini sangat sakral mengingat Compang ini merupakan peninggalan leluhur dimana masyarakat Manggarai percaya bahwa Compang merupakan pusat aktivitas arwah para leluhur pada malam hari, terutama pada saat dipersembahkan kurban di Compang atau di dalam kampung Pembe. Karena itu Compang Pembe merupakan tempat bagi warga kampung Pembe untuk berinteraksi secara adat dengan leluhur.



Topografi & Keadaan Penduduk:
Kampung Pembe berada di atas ketinggian 1300m di atas pemukaan laut (DPL) sehingga udara di Kampung Pembe sangat sejuk. Keadaan topografi di Kampung Pembe bergunung-gunung dengan sedikit dataran rendah. Kampung Pembe banyak memiliki curah hujan pada setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan daerah di Kampung Pembe dan sekitarnya memiliki lahan yang cukup subur dan cocok untuk pertanian. Sebagian besar masyarakat di Kampung Pembe memiliki mata pencaharian sebagai
petani. Jenis tanaman pertanian yang mereka kerjakan adalah : Padi (sawah), Kopi (Arabika dan Robusta), Cengkeh, Coklat dan Vanila. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat di Kampung Pembe dan sekitarnya juga
menanam jagung, ubi-ubian (keladi, singkong, tatas), dan sayur-sayuran.



Aksesibilitas:
Compang Pembe berjarak 65km dari Borong dapat dikunjungi dengan menggunakan kendaraan roda empat (berderek) dan roda dua. Jalur yang ditempuh adalah melalui Bealaing dan Watunggong, selanjutnya menuju ke Kampung Pembe. Waktu yang ditempuh bisa mencapai 2,5 jam karena kondisi jalan tidak terlalu bagus Watu Nggong menuju Kampung Pembe. (Sbr :http://www.wisata.nttprov.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar